Pages

Sunday, October 4, 2009

Curhat Colongan 6

Tangisan Untuk Negeriku

       Kini masih terlihat jelas suasana di Padang Sumatera Barang yang masih porak poranda oleh gempa. Aku kian meratapi semua yang telah terjadi pada kami beberapa hari yang lalu. Mungkin bisa dibilang aku termasuk orang yang beruntung karena Tuhan masih memberikan ku kesempatan kedua untuk hidup didunia ini satu kali lagi.
       Aku termasuk orang yang bisa diselamatkan pada saat itu. Aku terjepit disuatu bangunan tempat bimbel saat itu. Aku dan temanku Kania kala itu sedang mengikuti pelajaran tersebut, yah kami bercanda dan sedang tertawa riang . Pada saat itu waktu menunjukkan pukul 15:37 pada saat itu waktu istirahat kami dan waktu shalat ashar. Aku bersama Kania terbiasa untuk shalat bersama. Sebelum itu kami berwudhu. Memang persahabatan aku dan Kania sangatlah erat, walaupun aku baru mengenalnya empat tahun belakangan ini. Kami bergegas shalat setelah shalat kami berdo`a kepada Tuhan akan apa yang kami ingin kan. Setelah selesai kami melipat mukena tersebut. Ketika itu Kania berbicara kepada ku . Dia bertanya seandainya apa bila Ia meninggal apa yang akan aku lakukan, aku memotong pembicaraan Kania, aku menegurnya dan berkata :
“Kania, kamu jangan berbicara seperti itu, kamu ngomong apa sih ”, kata ku kesal.
“Yah aku mau tau aja, apa yang akan kamu lakukan kepadaku”,
“Yang pasti aku akan merasa kehilangan sahabat terbaik seperti mu”, kata aku hampir menangis.
“Ooh, thanks friend”, kania memelukku.
       Aku sungguh tak mengerti mengapa Kania berbicara seperti itu. Jujur hingga saat ini ucapan Kania masih terngiang ditelingaku. “Aku pasti akan sangat kehilangan kamu Kan !”, bisikku dalam hati. Kania yang pada saat itu duduk disampingku menoleh kepadaku dan tersenyum manis. Kubalas senyuman itu.
Kania. Yah.. seseorang yang ada disaat aku bahagia, disaat aku sedih, disaat aku marah, bagaimanapun sikonnya dia selalu berada disampingku kapanpun ku butuh. Dia selalu mendengarkan keluh kesah ku, mendengar ceritaku dengan sepenuh hati dan selalu mententramkan hatiku.
       Ia selalu memberikan ku pelajaran tentang arti persahabatan yang sesungguhnya, tentang arti cinta, dan tentang keluarga. Keluargaku sendiri telah menganggap Kania sebagai anak kandungnya sendiri. Oh iya, sebelumnya aku belum memberitahu kalian bawha Kania adalah seorang anak yang terlahir dari keluarga yang `broken home`. Dia pernah bilang merindukan keluarga seperti keluargaku. Kini kania tinggal bersama ibunya. Ia sangat sayang terhadap ibunya karena hanya ibunya lah satu satunya keluarga yang Ia miliki.
       Pada saat itu kami sedang membahas mata pelajaran sosiologi. Yang kuingat sosiologi adalah mata pelajaran favorit Kania. Kania memperhatikannya dengan seksama. Saat itu sekitar lima belas menit lagi bel pulang berbunyi, aku terus menatapi jam didinding berwarna putih itu.
       Kami merasakan sesuatu yang luar biasa telah terjadi pada kami. Kami merasa semuanya perlahan berubah drastis. Aku bertanya kepada Kania
“Ada apa ini Kan? Kok semuanya seperti ini?”, Tanyaku bingung.
“Aku tidak tau, apa mungkin gempa sedang terjadi, cepat pegang tanganku”, ucap Kania menyuruhku.
Aku menuruti kata kata Kania. Semua orang kini refleks keluar ruangan tanpa membawa apapun. Aku dan Kania berlari keluar. Tapi sayang, dalam hitungan detik saja semua itu telah berubah. Semua kini telah hancur. Aku dan Kania terjatuh tertimpa bangunan. Yang bangunan gedung ini. Dan aku dan Kania masih berpegangan.
“Kan… sa sa sa sa kiiitt Kan !!”
“Sabar, kita pasti bisa keluar dari sini, ingat Allah akan membantu kita, tapi ….. “
Aku terhimpit reruntuhan bangunan tersebut begitupula kania, kaki Kania tertusuk besi bangunan tersebut. Aku sangat tidak kuasa melihat itu semua. Tapi, aku bisa apa ? kini aku tidak bisa berbuat apa apa.
“Kalau memang ini waktuku ….”, putus Kania.
“Ssssttt … Kan kamu ga boleh bicara seperti itu kita harus berjuang untuk keluar dari semua ini, aku yakin kita pasti bisa”, semangatku.
       Kini luka telah berceceran diseluruh tubuhku. Kepalaku yang terbentur bangunan itu, tangan dan kakiku yang terhimpit oleh reruntuhan itu kini mulai menimbulkan efek yang luar biasa. Aku tidak bisa menahannya lagi, tapi aku mencoba dan terus mencoba untuk persahabatan kita.
       Aku melihat iba kepada Kania, Ia mengalami yang lebih parah dariku, kepalanya terbentur tembok dan keramik yang hancur, besipun telah menghantam kakinya.
Kami terjebak hampir 16 jam dibawah reruntuhan bangunan tersebut. Entah masih ada yang mencari kami lagi atau tidak aku tidak tahu. Aku merasa diri ini telah melayang jauh.
“Kamu jangan menangis”, ucap Kania menenangkanku.
       Aku hanya bisa tersenyum lirih melihat senyuman Kania yang Ia paksa untuk mengembang diwajahnya.
Melihat senyuman itu aku lebih tenang dari sebelumnya. Aku merasakan betapa aku sayang padanya.
“Aku mau ngomong …. Aku mau minta sesuatu boleh gag sama kamu?” Tanya Kania terbata-bata.
“Katakan Kan, kalau aku bisa akan aku lakukan”
“Sekarang, aku ga mau liat air matamu dulu …. “ pintanya.
“Baiklah Kan”
“Mmmm …. Kalau ini waktuku ….”
“Kan !!”
“Please jangan potong dulu ucapan ku!”
Aku mencoba tahan kesedihanku.
“Kalau ini waktuku aku ingin kamu masih mau kan jadi sahabat terbaikku,kapanpun itu dimanapun itu. Meskipun kita sudah berada didunia berbeda?”
“Pasti Kan…! Aku akan selalu menjadi sahabatmu. Aku janji!” ucapku lirih.
       Kania memberi saran untuk berteriak agar para petugas yang mencari kami dapat mengetahui keberadaan mereka disini. Akupun menuruti permintaannya. Aku berteriak sekencang mungkin agar mereka mendengar kami. Tapi tak seorangpun mendengar kami. Hingga aku lelah aku menghentikan sebentar teriakan itu. Aku berteriak untuk kesekian kalinya. Tapi, tak seorangpun mengharuku.
“Aku mau minta maaf Sit, kalo aku punya salah sama kamu, kalo aku ga bisa memberikan solusi terhadap masalah - masalah kamu. Aku juga minta maaf kalo aku belum bisa jadi teman yang baik. Mungkin sekaranglah waktuku.. mungkin ini jalan takdirku. Aku akan selalu menjadi sahabatmu Sit, selamat tinggal.
“Kan, kan, kamu gag boleh ngomong seperti itu, kamu gag boleh berbicara seperti itu. Mana janji kamu Kan, kamu gag akan pernah ninggalin aku sampai kapanpun , KANIAAAAAAA !!!!!!!!!!!!” tangisku terpecah.
       Aku menangisi kepergian Kania. Kania yang masih berada disampingku dan masih menggenggam erat tanganku kini sudah tiada.
       Beberapa jam kemudian tim pencari telah menemukan ku dan mengangkat ku dari himpitan reruntuhan bangunan tersebut. Aku sangat bersyukur Tuhan telah memberikanku kesempatan untuk hidup di dunia ini aku bahagia walaupun hati kecilku sedang sakit dan menangis atas kepergian sahabatku tercinta. Kania. Aku dibawa keruang perawatan medis. Sakit yang kurasa tidak lebih parah dari sakit kehilangan sahabatku. Aku hanya bisa berdo`a yang terbaik untuknya. Semoga Ia ditempatkan di tempat yang paling indah.
       Kini hanya kenangan kami yang tersisa. Kenangan indah yang sampai kapanpun tak bisa aku lupakan. Cita – cita mengejar beasiswa bersama kini kandas ditengah jalan. Sahabat yang selalu ada disisiku kini telah tiada meninggalkan diriku dan semua ini. Tapi aku telah berjanji kepada Kania dan begitupun Ia, “Kita akan selalu bersama walaupun semua telah memisahkan kita. Kapanpun, dimanapun, bagaimanapun”
“ I always be your best friend Kania”
Selamat jalan Kania, sampai berjumpa di Surga .
Your best friend
Sitha .


Rizqa Debby Bepepp
04102009
00:59 am



Note : Begitu banyak cobaan dari Tuhan mungkin itu semata – mata hanya bentuk teguran yang diberikan Tuhan untuk manusianya. Bagaimana cara manusia itu bersyukur, bagaimana cara manusia itu menjalankan hidupnya dan lainnya.
Mungkin kita diingatkan untuk apa sebenarnya kita berada didunia ini.
Sekilas aja coba kita flashback kejadian Tsunami pada Desember 2006 silam masih belum sempurna kita menanggulanginya.
Kita lihat September kemarin itu bulan Ramadhan, dan saudara – saudara kita (ataupun) kita tertimpa musibah gempa bumi yang menyebabkan longsor. Padahal itu bulan puasa kan guys? Bulan penuh ampun? Apakah itu pertanda bahwa Tuhan itu marah sama kita ? seharusnya kita tuh sadar bahwa Tuhan tuh marah sama kita. Tapi apa yang kita dapat lakukan kalian dan mungkin saya belum bisa melaksanakan dengan benar. Mending kita cepet – cepet tobat deh!
Beberapa hari yang lalu tepatnya tanggal 30 September 2009 gempa kembali terjadi kali ini gempa (longsor) memporak porandakan Sumatera Barat (Padang).
Jujur saya sedih sekali melihat berita – berita yang ada di tv. Saya membayangkan apabila saya berada di posisi mereka. Saya tidak bisa berkata apa apa lagi.
Saya cuma mau mengingatkan tingkatkan lah ibadah jauhkan lah semua hal yang buruk, karena kita tidak pernah tau kapan `hari` itu tiba.

0 comments:

Post a Comment